Dikutip dari New York Times seorang perempuan Susan Gubar, menceritakan pengalaman pribadinya mengenai dimana ia harus menghadapi hal sulit yaitu menderita Kanker Ovarium. Ketika suaminya harus lumpuh karena operasi pada lututnya, dan harus dirumahkan pada panti rehabilitasi, ia seasa kehilangan dunianya. Orang yang selama ini merawatnya harus jauh meninggalkannya. Tidak ada lagi yang membantunya mendorong kursi roda, mengerjakan kegiatan berdua dan semua hal yang ada dirumah harus dikerjakannya sendiri.
Penggantian stent ginjal harusnya menjadi prosedur rutin baginya, tetapi jaringan parut diblokir oleh ureter, mengharuskannya dihapusnya stent sebagai gantinya. Ahli Radiologi Intervensional memasukan nefrostomi untuk mengalirkan cairan urin dari ginjal ke kantong koleksi eksternal melalui dua buah lubang di punggungnya.
Susan harus menyandarkan kehidupannya kepada buah hatinya, sadar akan apa yang dilakukannya ini sudah sangat merepotkan anaknya. Namun mau bagaimana lagi, tidak mungkin Susan meminta bantuan kepada saudara saudara nya yang lain mengetahui bahwa mereka juga memiliki kesibukan dengan keluarganya.
Selama 3 minggu lebih Susan hidup sangat jauh dari suaminya yang berada di panti rehabilitasi, dimana pasti tersebut sangat jauh dari rumahnya. Ketakutan menjadi tantangan bagi Susan sendiri, merasa sendiri tanpa ada sesosok suami yang menemani."Ketakutan adalah lebih sakit daripada sakit itu takut," Sir Philip Sidney, seorang pendamping.
Meskipun layanan sosial Kanker telah banyak membantu akses transportasinya, tapi mereka tidak merasakan bagaimana seorang Penderita Kanker harus berhati-hati setiap tindakannya, jauh dari hal hal yang bisa menyebabkan infeksi seperti transportasi pada umumnya. Sejumlah oragnisasi soasial dan keagamaan memang memberikan banyak bantuan seperti makanan, dan kebutuhan sehari-hari bagi para penderita Kanker. Tetapi bagi bagi para penderita Kanker tertentu seperti Susan sulit untuk mendapatkan jaminan sosial seperti ini.
Selama pemulihan ia hanya mengandalkan bantuan dari orang-orang terdekatnya, teman-temannya. Namun lama kelamaan satu persatu menghilang, mungkin merasa kalau hal ini tidak akan pernah berakhir, mungkin pula anyak yang sibuk dengan keluarga. Entahlah.
Ini dirasakan seperti ujian yang sangat berat, dan atas pengalaman itu ia berspekulasi bahwa perempuan lebih cenderung berpisah atau jauh dari pasangan setelah diagnosis Kanker dari pada laki-laki.
Susan Gober adalah Profesor terkemuka dari Inggris dari Indiana University dan penulis "Memoir of Debulked Woman" yang membahas pengalaman pribadinya tentang Kanker Ovarium.
Sumber: www.nytimes.com
Kisah Inspiratif Wanita Pengidap Kanker
Posted by Tak Kusangka
|
Social Media Widget SM Widgets
Info Trik Asik Blog Updated at: 11:06:00 AM
0 komentar:
Post a Comment